Rabu, Maret 11, 2009

The Winner’s Attitudes



Spesifikasi Buku
Judul : The Winner’s Attitudes
Subjudul : 21 Prinsip Sederhana Membangun Semangat dan Keberhasilan di Dunia Kerja
Penulis : Libertus S. Pane
No. ISBN : 978-979-687-535-1
Ukuran : 14,5 x 21 cm
Tebal : xxii + 196 halaman


Sistematika Buku
Sekapur Sirih
Pengantar

Bagian Satu: Sikap Pemenang
Bab 1: Dahulukan yang Utama
Bab 2: Siapa Gurumu?
Bab 3: Push! Doronglah dari dalam
Bab 4: Hakikat Uang
Bab 5: Hakikat Waktu
Bab 6: Aneka Tipe Pekerja

Bagian Dua: Sikap Berkomunikasi
Bab 7: Pisau Bermata Dua
Bab 8: Komunikasi di Tempat Kerja
Bab 9: Mendengar dan Merasakan

Bagian Tiga: Sikap Pembelajar
Bab 10: Sarjana itu Bukan Gelar
Bab 11: Tidak Kenal, Tidak Sayang
Bab 12: Singa di Antara Domba
Bab 13: Sekilo Besi Tua

Bagian Empat: Menemukan Keseimbangan
Bab 14: Keajaiban Angka 1.000
Bab 15: Workaholic dan Mati Lelah
Bab 16: Life is Beautiful

Bagian Lima: Jendela Baru
Bab 17: Menabur di Tanah Gersang
Bab 18: Menggali Sumur Kedua
Bab 19: Seni Membaca Peluang

Bagian Enam: Penutup
Bab 20: Akhiri dengan Manis
Bab 21: Change! Berubah dengan Bertindak

Rujukan Bacaan yang Disarankan
Profil Penulis



Di kalangan pekerja, topik mengenai kenaikan pangkat, gaji, atau pengertian karier sempit lainnya merupakan topik yang menarik didiskusikan. Siapa yang tidak ingin memperoleh kemajuan dalam pekerjaannya? Pekerjaan yang sesuai dengan minat, dapat memberikan penghasilan yang tinggi, serta kedudukan yang baik, adalah impian wajar setiap pekerja.

Namun dalam keyakinan penulis, karier dan imbalan materi hanya satu sisi sempit dari ruang persoalan bekerja. Dalam pekerjaan juga diperlukan dimensi lainnya yang justru paling penting namun sering dilupakan, yaitu bagaimana sikap bekerja kita. Unsur ini sangat penting karena sikap (positif) merupakan sumber kebahagiaan sejati. Uang dan jabatan sangat mungkin memberikan kebahagiaan. Namun saya yakin, sikaplah yang paling menentukan.

Dalam kaitan itulah, penulis mengajukan buku ini yang berisi berbagai prinsip yang mengajarkan bagaimana seorang karyawan dapat menjadi pemenang di tempat kerja dan di tempat usaha mereka masing-masing. Buku ini memang disengaja oleh penulisnya untuk dibaca oleh para karyawan atau para pekerja muda, baik di perkantoran maupun di usaha-usaha lain. Seperti katanya:


saya secara khusus mendedikasikan buku ini kepada karyawan pada level menengah
ke bawah. Golongan ini merupakan pengisi bagian terbesar piramida angkatan
kerja. Sebagai lapis terbesar, mereka umumnya sedang berada dalam taraf
berpengharapan (ekspektasi) tinggi untuk berkembang lebih dari keadaan saat ini.
Mereka juga sekaligus paling sering diliputi rasa ragu, tidak percaya diri, dan
khawatir akan kemampuan dan masa depannya.

Karyawan pada umumnya membutuhkan suatu sikap yang positif dalam melakukan pekerjaan sehari-hari, terutama di kantor. Sikap atau motivasi itu jarang mereka dapatkan di sekolah atau perguruan tinggi. Sikap atau motivasi itu biasanya mereka dapatkan dari seminar atau lokakarya.

Namun, berapa banyak karyawan yang memiliki kesempatan untuk mengikuti seminar atau lokakarya semacam itu? Buku ini mengisi kekosongan itu. Ditulis langsung dalam bahasa Indonesia oleh seorang yang pernah menjadi karyawan di berbagai tempat – dan setelah sukses dalam tugasnya sebagai karyawan ia membuka usaha sendiri – buku ini mengajarkan sikap dan motivasi yang cerdas dan bermakna bagi para karyawan muda yang ingin maju dan menjadi pemenang di tempat mereka bekerja atau tempat usaha.

Buku ini terdiri dari 5 (lima) bagian. Bagian Pertama membahas masalah ”sikap pemenang”. Sikap merupakan nilai sederhana namun berdampak luar biasa. Sesuai dengan maknanya, sikap merupakan sinyal penuntun cara dan arah hidup kita. Lagipula, dalam berbagai ajaran agama, sikap menjadi topik ajaran yang sangat penting dan mendalam. Sikap seperti pintu gerbang yang akan membawa kita ke dalam berbagai kemungkinan positif. Sikap ini, antara lain, terkait dengan cara pandang terhadap pekerjaan, uang, waktu, hubungan vertikal (dengan Tuhan), maupun horizontal (dengan sesama).

Dalam Bagian Kedua, penulis mengetengahkan sikap berkomunikasi. Masalah komunikasi merupakan hal yang terlihat sederhana dan kurang diperhatikan, namun sebetulnya amat penting. Komunikasi merupakan sarana menyempurnakan sikap. Sikap adalah isi atau penumpang, sedangkan komunikasi menjadi kendaraannya. Komunikasi merupakan ”etalase” yang memungkinkan perhiasan terlihat lebih indah. Tentu akan semakin indah lagi, jika perhiasan tersebut dipasangkan di telinga, leher, pergelangan tangan, dan jari jemari.

Dalam Bagian Ketiga, penulis membahas sikap pembelajar yang perlu dimiliki setiap pekerja. Pada dasarnya, pekerjaan adalah sekolah. Tidak pernah ada kata cukup dalam mengasah keterampilan, pemikiran, ide, dan sejenisnya, sebab hanya dengan cara inilah kita dapat memperoleh semangat, rasa cinta, dan terutama rasa bahagia. Perusahaan ibarat ladang, dan kita petaninya. Seperti halnya petani yang baik, kita juga perlu mengenal ladang kita, bagaimana tingkat kesuburan, cara mengolah, dan alat kerjanya. Memahami perusahaan, baik karakter, visi, misi, perkembangan, serta kualifikasi teknis yang diperlukan akan membantu kita mengembangkan diri.

Kemudian dalam Bagian Keempat, penulis mengetengahkan masalah keseimbangan hidup. Keseimbangan dimaksud mencakup persepsi kita tentang kesuksesan dan kebahagiaan. Apakah kita dapat dikatakan sukses apabila kita sudah menemukan apa yang kita harapkan? Jika demikian halnya, bagaimana jika harapan tersebut ternyata tidak terwujud? Apakah kita tidak patut merasa sukses dan bahagia? Keseimbangan juga berhubungan dengan masalah kesehatan dan kehidupan sosial. Begitu banyak orang mengorbankan kesehatannya untuk mengejar uang dan karier. Akhirnya, yang datang kemudian adalah penyesalan. Sebagai makhluk sosial, manusia juga dituntut untuk berarti dalam kehidupan bermasyarakat. Banyak sekali bentuk kegiatan yang dapat kita lakukan, yang dilandasi semangat berbagi kepada sesama. Hidup dapat dikatakan seimbang jika proses ”menerima” juga diikuti dengan proses ”memberi”.

Tentu saja, seperti petani dapat berpindah ladang garapan, karyawan juga dapat pindah pekerjaan. Penyebabnya tentu sangat beragam. Mungkin karena ladangnya tidak subur, ada ladang lain yang lebih subur, keadaan di daerah itu tidak bersahabat, perubahan pemikiran atau minat, dan karena sebab lainnya. Itu merupakan realitas dalam dunia kerja yang bersifat umum dan wajar. Namun, alangkah baiknya jika segala sesuatu dipastikan dengan baik, alasannya tepat, dan telah diperhitungkan dengan matang. Masalah inilah yang penulis bahas dalam Bagian Kelima.***

Tidak ada komentar: